MOCCA
Pada mulanya Arina dan Riko merupakan teman satu kampus
di Institut Teknologi Nasional. Mereka tergabung dalam sebuah band kampus
tahun 1997-an. Karena tidak cocok dengan anggota yang lain, Arina dan Riko pun
sepakat mendirikan “Mocca”. Dua tahun kemudian mereka bertemu dengan Indra dan
Toma. Indra dan Toma merupakan teman satu kampus, mereka belajar di fakultas
desain Institut Teknologi Nasional Bandung dan masuk pada tahun yang sama.
Arina, Riko, Toma dan Indra mulai membentuk band tanpa nama sejak tahun
1999. Nama Mocca baru tercetus saat mereka manggung untuk pertamakalinya di
acara inagurasi mahasiawa ITENAS tahun 2001. Saat itu lagu yang mereka bawakan
adalah ‘And Rain Will Fall’, ‘Life Keeps on Turning’, dan ‘Blah Blah Blah’
milik The Cardigans.
Nama Mocca memang diciptakan secara spontan, karena selama mereka
ngeband 2 tahun tidak pernah menggunakan nama. Namun filosofi Mocca justru
muncul belakangan, Mocca adalah rasa diantara kopi dan coklat. Dia mempunyai
cita rasa yang unik dan khas, ada yang suka dan ada pula yang tidak suka. Mocca merekam demo lagu “Life Keeps
on Turning” untuk pertamakalinya di Studio Yes (Jalan Jakarta). Setelah itu
mereka merekam ulang demo mereka di Studio Aru (Jalan Riau) secara ‘Live
Recording’. Demo itulah yang akhirnya menjodohkan mereka dengan FFWD Records,
sebuah label rekamanindependent di kota
Bandung. Mocca pertama kali dikenal publik dengan lagu “Secret Admirer” dalam
kompilasi Delicatessen (2002) produksi dari Poptastic Records, bersama The
Milo, Blossom Diary, Santamonica, dll. Di tahun 2002 mereka mengeluarkan
debut album mereka “My Diary” dibawah naungan “FFWD”.
Mocca kembali merilis album kedua mereka tahun 2004 bertajuk
“Friends” masih dibawah label indie, FFWD Record. Dalam album ini Mocca tidak
tampil sendirian. Mereka bekerja sama dengan dua musisi untuk memperkaya musik
mereka. Dari dalam negeri, mereka menghadirkan Bob Tutupoli untuk
mengisi suara dalam lagu “This Conversation” dan lagu yang khusus dibuat
untuknya, “Swing It Bob”. Mereka juga berduet dengan vokalis band
asal Swedia, Karolina Komstedt dari Club 8 di lagu “I Would Never”.
Alasan Mocca memilih Bob Tutupoly adalah karena om Bob dinilai Mocca memiliki
karakter suara yang mirip dengan idola mereka, yaitu Frank Sinatra. Sedangkan
Club 8 dipilih karena Riko, Gitaris Mocca sangat menyukai band tersebut.
September 2005 Mocca merilis mini album (EP) yang juga merupakan soundtrack
dari sebuah film karya Riri Riza & Mira Lesmana. EP ini berjudul “Music
Inspired by The Movie: Untuk Rena”. Pada EP ini Mocca pertamakalinya membuat lagu
berbahasa Indonesia yang berjudul “Hanya Satu”. Pada akhir November 2005, Mocca
menjadi salah satu headliner di Naha 60th Anniversary After The Battle of
Okinawa Project “Sound Rainbow: Living With People of Asia”, sebuah Festival di
Jepang. Festival ini merupakan agenda rutin dari Pemerintah Daerah Okinawa.
Pada festival musik tersebut, Mocca menjadi satu-satunya headliner yang berasal
dari luar Jepang.
Awal tahun 2006 Mocca kembali lagi melakukan tour ke dua negara
asia tenggara, yaitu Singapura dan Malaysia. Setelah menyelesaikan tour mereka,
Mocca kembali masuk ke studio untuk merekam materi-materi album baru. Setelah
istirahat kurang lebih setahun, Mocca kembali lagi dengan album ketiga. Dalam
segi musik dan lirik di album ini Mocca mengalami pendewasaan. Ini cukup
mengejutkan, setelah dikenal dengan lirik-lirik manis tentang hubungan cinta
antar manusia dalam ‘My Diary’ dan ‘Friends’, album ini menghadirkan atmosfir
yang sedikit berbeda, namun masih berada pada zona yang sama, yaitu cinta.
Komentar
Posting Komentar